Anniversary

Daisypath Friendship tickers

Thursday 27 March 2014

Hm.

Kau tau faktabnya perasaan bila kau boleh terima kawan kawan kesayangan kau jadi kawan kawan kau tapi kesayangan kau tak boleh buat benda yang sama?










Aku tau apa rasa dia.

Aku tau rasa di-dua.

Aku tau rasa tak di-peduli.

Aku tau semua rasa yang melibat hati.

Saturday 22 March 2014

Manusia Itu Aku

aku nak menangis tapi mata aku kering tanpa air mata 

aku nak ketawa tapi depan aku tak de benda lawak untuk aku gelak 
aku nak senyum tapi pada siapa aku nak senyum 
aku tengok sekeliling 
tak ada sesiapa 
tak ada apa apa 
yang ada hanya aku 
heiii mana pergi semua orang ??? 

aku dengar bunyi bising 
aku toleh aku tengok keliling aku 
kenapa tiba tiba ramai orang 
bising 
padat 
runsing
aku rimas 
semua jalan laju 
tak pandang langsung aku 

manusia 
bila tiada kau cari 
kau tunggu 
bila ada depan mata 
kau biar 
kau tak peduli 

aku buka langkah 
aku perlu berjalan 
hari dah nak hujan
sebab aku nampak langit gelap 
tapi 
rupanya aku silap 
aku terlupa 
hari sebenarnya dah nak malam 
lama rupanya aku dekat sini

@zatty08

Celaka Diagungkan. Bukan?

Kita jadi manusia,
Susun perihal hidup sebaik mungkin,
Satu demi satu,
Dari perihal paling remeh,
Sampai perihal paling sakit dan sakit dan sakit.

Rancang sesempurna mungkin,
Mengharapkan segalanya akan wujud,
Mengharapkan segalanya akan ada,
Biar nanti,
Ada cuma itu gembira,
Ada cuma itu ketawa,
Ada cuma itu suka-ketawa-ceria,
Semua yang bahgia.

Iya.
Semua yang bahgia,
Biar ditutup terus rasa kecewa,
Walau sekali,
Walau seketika,
Walau sedetik,
Dikit,
Dikit,
Dikit,
Jangan ada langsung kecewa.
Jangan langsung.
Jangan.

Semua,
Semua kerana kita jadi manusia,
Dicipta ada cacat-cela,
Takut tidak diterima,
Diterima manusia-manusia yang sempurna (itu yakin kita).

Padahal semua manusia,
Sempurna itu apa?

Cacat-cela itu bukan semuanya cacat-cela.
Kerna cacat-cela itu tanda Tuhan tunggu dan tunggu kita akan jadi manusia yang tidak akan pernah mati untuk berusaha dekat dengan Dia.

Tidak hari ini,
Tuhan tetap tunggu.
Dia sayang makhluk-Nya.

Jadi,
Untuk apa kita agungkan cela kita,
Sampai kita harus merasa mampus hati itu lebih baik dari semua?

Nilai mata manusia,
Memang berbeza,
Tiada yang sama,
Semua mahukan sempurna,
Pekik pada dunia,
Bilang,
Siapa yang tidak mahu rangkul hidup mereka sempurna,
Siapa?

Tiada.
Tiada.
Tiada.

Iya,
Kita jadi manusia,
Takut akan semua perihal itu,
Pasti ada,
Kita bukan dalam wujud sempurna.

Sempurna kita satu sahaja; sempurna kerana setiap masa saat detik hidup itu, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sayang kita, sampai bila-bila :)

Jadi,
Untuk detik mana,
Senyum mesti dipudar-matikan?


''Tapi kadang kita memang terlupa. Kerna kata Tuhan sudah jelas dalam kitab-Nya, kita manusia bersifat pelupa. Tapi tidak apa-apa. Tuhan tidak kata Dia tidak sayang kita. Bukan?''

@Pikeping

Socialist Manifesto : Economic Part which inefficiency of Capitalism by @raffiqizza

Constant revolutionising of production, uninterrupted disturbance of all social
conditions, everlasting uncertainty and agitation ...
Who can deny that this is an apt description of modern society? We live in a world
where production is becoming increasingly ‘global’, where the so-called ‘free market’
dominates and where massive transnational corporations daily make decisions which
affect the lives of millions.
  
At the stroke of a computer key, huge sums of money are moved around the world.
Factories are shut down in Britain while investment is directed overseas, where wages
are lower and conditions worse. Workers are told that they risk pricing themselves out
of jobs. Hard-won gains are sacrificed so that companies can remain ‘profitable’ in the
‘global marketplace’.
   
Yet the quotation above is not recent. It comes from a small pamphlet by Karl Marx
and Frederick Engels which was largely ignored at the time of its publication in 1848
but which went on to inspire millions. Today the Manifesto of the Communist Party
is still as vibrant and incisive as the day when it was written. Even commentators in the
capitalist press have occasionally been forced to recognise its continued significance.
With their opening sentence, ‘A spectre is haunting Europe – the spectre of
Communism’, Marx and Engels proclaimed the onset of the revolutionary struggle for
a different form of society – one in which human need replaces private greed, where the
exploitation of one individual by another is abolished and where ‘the free development
of each is the condition for the free development of all’.
  
Of course, the world has moved on since 1848. Then, the capitalist economic system
was in its infancy and communist parties in their modern-day form did not exist.
But the idea of ‘communism’ was powerful even then – which is why the ruling classes
of Europe tried from the beginning to make it a dirty word.
The Manifesto points out that ‘the [written] history of all hitherto existing society is
the history of class struggles’. In the capitalist era, that struggle is predominantly
between the capitalist class (or bourgeoisie) and the class of wage and salary earners –
the working class (or proletariat).
   
But well before 1848, people dreamed of a more just and equal society. The popular
chant of the 1381 Peasants Revolt was, ‘When Adam delved and Eve span, who was
then the gentleman?’ During the English Revolution of 1640-6, the Diggers argued
that ‘The poorest man hath as true a title and just right to the land, as the richest man’.
The French Revolution of 1789 replaced the old feudal monarchy with a more
democratic form of government based on individual towns or villages (communes), and
blazed forth the slogan, ‘Liberty, equality and fraternity!’.
   
In the early part of the 19th century, vague ideas about social improvements
and utopias (‘socialism’) arose among some employers, philosophers and politicians.
The word ‘communist’ was used by men and women who wanted to carry forward the
original ideals of the French Revolution against the opposition of capitalists and
bureaucrats. The critical contribution of the Communist Manifesto was to show, on the
basis of a scientific analysis of human history, that the fall of the bourgeoisie and
the victory of the working class are equally inevitable.
  
Today, the capitalist class is dominated by big shareholders who own most of industry,
land, commerce, the banks and the mass media. In Britain today, this richest 10 per cent
of the population own 50 per cent of the wealth, living off dividends, interest and rent.
The overwhelming majority of people can live only by hiring themselves out to a
capitalist employer or to the state sector, which maintains capitalist society. That makes
them objectively working class, whatever their own individual perspective. It doesn’t
matter whether you are a cleaner, craftsman or professional, or even whether you are a
tenant or a homeowner. If your income comes wholly or mainly from your
employment, pension or state benefits then you are working class.
   
There is a continual struggle in society between workers trying to preserve or advance
their pay and conditions, and capitalists attempting to cut costs and boost profits.
This struggle takes place even in local government and publicly owned services, since
taxes on big business profits can be lowered if public expenditure is reduced. In fact
governments in capitalist society rule, to a greater or lesser degree, on behalf of the
capitalist class. According to the Manifesto, ‘The executive of the modern state is but a
committee for managing the common affairs of the whole bourgeoisie’.
  
The drive to maximise profits leads the capitalists to expand production, until ‘an
epidemic of overproduction’ occurs. In the resulting economic crisis,
Society suddenly finds itself put back into a state of momentary barbarism ... industry
and commerce seem to be destroyed; and why? Because there is too much civilisation,
too much means of subsistence, too much industry, too much commerce.
In these crises, which are now increasingly frequent and widespread, smaller
companies go to the wall and millions of people are thrown out of work. The winners
are those larger capitalist firms which can weather the storm until the economy picks up
again. In the process they grow larger and strengthen their hold over the market.

The financial collapses in various countries in recent timesshow how capitalism is
still a crisis-ridden, corrupt and inhumane system – made worse by the enormous
financial power of bankers and speculators. Modern capitalism is indeed ‘like the
sorcerer, who is no longer able to control the powers of the nether world whom he has
called up by his spells’.

Reference : Karl Marx and Michael Engel's writing

Al-Quran Dan Rindu

Dahulu kau pernah mengungkap sebaris klausa,
Yang memujuk rinduku padamu,
Katamu, “Kalau awak rindu saya, awak bacalah Al-Quran...”,
dan; Saat itu aku tersenyum,
Lalu aku menaruh harapan,

Semoga rasaku ini direstui dan diberkati Ilahi

@AbangAsyraff

Aku Masih Lagi

Aku masih lagi di sini,
Duduk melakar sebuah rasa,
Di atas kertas hatiku,
Dengan harapan kau akan melihat lukisanku itu,

Aku masih lagi di sini,
Menyulam benang-benang rindu,
Di atas secebis perca naluriku,
Dengan harapan kau akan merasainya seperti aku merasakannya,

Aku masih lagi di sini,
Mendendangkan lagu-lagu cinta,
Di atas pentas jiwaku,
Dengan harapan lagu itu akan menberi 1001 makna cinta buatmu,

Dan aku masih lagi di sini,
Masih menanti,
Masih menunggu,
Akan kehadiranmu
Untuk melakar rasa bersamaku,
Untuk menyulam bebenang rindu bersamaku

Untuk mendendangkan lagu cinta bersamaku

@AbangAsyraff

Cornetto

Masihkah tersimpan dalam memorimu,
Saat aku memberimu ais krim Cornetto,
dan; Adakah kau tahu apa maknanya itu?
Maknanya adalah aku mahu kau dan aku menjadi seperti Akim dan Stacy di dalam advitasi Cornetto Show Your Love,
Sebab i want to show my love for you...

@AbangAsyraff

Kota Cinta

Di kota ini,
Telah terakam seribu satu cereka antara kau dan aku,
Tidak kira suka atau pun duka,
Semuanya disaksikan oleh kota yang ku gelar Kota Cinta ini,

Di kota ini,
Menjadi saksi sebuah perkenalan,
Antara dua insan yang datangnya dari provinsi yang berbeda,
Seorang dari utara dan seorang lagi dari selatan yang jauhnya di seberang tanah ini,

Di kota ini,
Telah menjadi titik pertemuan dua jiwa,
Yang sebelum ini tidak pernah pun tahu akan kewujudan satu sama lain,
Jika tidak di kota ini,
Mungkin kita tidak akan pernah bertemu

Dengarlah wahai Kuala Lumpur,
Terima Kasih kerana telah menemukan aku dan dia.

@AbangAsyraff

Mawar jingga

Kau faham ertinya?
Mawar Jingga itu ku beri kerana,
Aku mahu hubungan kita pergi lebih jauh,
dan; Jika diizinkan tuhan,
Aku mahu kita mencapai puncak bahagia seperti apa yang tuhan telah tetapkan,
sesungguhnya; Aku mahu hidup bersamamu.

@AbangAsyraff

Sapaan Pagiku

Setiap pagi tatkalaku membukakan mata,
Setelah sedar dari rehat panjang semalaman,
Aku melihat mentari galak menyuluh lewat jendela kamarku,
dan; Ini membuatku tersenyum sendiri...

Saat itu aku tidak pernah lupa mendoakan kebahagiaanmu,
Saat itu juga aku tidak pernah lupa akan janjiku,
dan; Pada saat itu juga aku tidak pernah lupa untuk mengungkapkan setiaku kepadamu yang berbunyi,

Aku berjanji bahawasanya aku akan sentiasa menyuluh hidupmu dengan cahaya bahagia seperti mana mentari yang sentiasa setia memancarkan sinarnya tika pagi mula menerbitkan diri...”

@AbangAsyraff

Sungai

Andai saja kau bertanya padaku,
Adakah aku ingin menjadi yang lain selain manusia,
dan; Pastinya aku akan menjawab,
Aku mahu menjadi sungai...

dan; Jika sesudah itu engkau bertanya mengapa,
Aku sekali lagi akan menjawab,
Aku mahu menjadi sungai kerana,
aku ingin sentiasa mengalirkan cinta dan sayangku kepadamu,
sepertimana sungai yang tidak putus-putus mengalirkan airnya menuju ke laut...


Aku ingin selalu mencintaimu...

@AbangAsyraff

Coklat

Aku tahu kau menyukainya,
Aku tahu kau menggemarinya,
dan; Aku tahu kau menggilainya.

Justeru,
Seringku ku titipkan keping-kepingnya kepadamu,
dan; bersama itu aku harapkan,
Seperti mana coklat itu cair di mulutmu,

seperti itulah aku mahu hatimu cair untukku...

@AbangAsyraff

Jaga Diri Jaga Hati

Aku pasti,
Setiap malam kau pasti membaca,
Sebaris ayat ringkas yang tampaknya tidak bermakna,
Yang bunyinya juga agak mudah dan biasa,
Iaitu aku meminta kau menjaga diri dan menjaga hati.

Tapi,
Disebalik kata itu,
Aku selitkan juga sedikit konotasi,
dan; Aku pasti,
Jika kau tidak mendalaminya,
Kau pasti tidak akan mengerti siratan makna disebaliknya...

Jaga diri jaga hati...”,
Ku titip lewat utusan maya,
Sebelum kau melayari bahtera mimpi malammu,
dan; Bersama itu aku kepilkan sebuah harapan,
Meminta kau menjaga hatimu untukku,

Kerana aku mahu menjadi pemilik hatimu.

@AbangAsyraff

Bintang

Saat ku merenung ke langit,
Kulihat banyak sinar berkerdip,
Susunannya membentuk pelbagai posisi juga formasi,
Seakan juga bintang itu mahu membentuk susunan aksara yang terteranya namaku dan namamu,
dan; Itu membuatku tersenyum sendiri...

Aku mendongak lagi memandang langit,
Tapi kali ini pandanganku beralih ke sisi yang lain,
Iaitu ke sisi yang mana taburan bintang melimpah banyak,
dan; Ini memberi induksi kepada mindaku untuk berbicara sepi mengingatimu...

dan

Andai saja bicara itu bisa ku zahir menjadi suara,
Akan ku hela nafas untukku lafaz sebaris kata  kepadamu,

Sebanyak mana bintang di langit itu, sebanyak itulah aku merinduimu...”.

@AbangAsyraff

Senyum Yang Ku Cari

Aku percaya kau pasti pernah melihat,
Pelbagai aneka ragamnya sebuah senyuman,
Senyum manis beserta tawa,
Senyum manis berhias taring,
Senyum manis melesungkan pipi,
Senyum manis membentuk bibir,
dan; Senyum manis menyusun gigi
tapi; senyum yang ku cari adalah,

senyummu yang manis melesung di pipi. 

@AbangAsyraff